Perempuan yang berpayung matahari
di antrian panjang pinggir peradaban
sembari timang luka hasil siang malam bercinta
entah, dengan rupiah siapa!
Ia adalah ibu muda berdaster lusuh
yang susui bayinya dengan air mata
Siang ini harusnya ia baptis sang bayi di Gereja
tapi, tubuh lusuh bekas rela semalaman
kerja rodi di ranjang gelisah ladeni liarnya birahi
harus tersikut harga dan tahan dahaga berlama lama
guna tukar rupiah desah malamnya
dengan sembako murah pemerintah
demi sebakul nasib, tanak di meja perjuangannya
demi seputing mewah, gizi sang buah hati
Bu! semoga beras, susu, telur, jelantah dan sayur lesu
yang kau setubuhi dengan keringat antri
dan air mata duri penyayat hatimu itu
dapat pugar sejenak jerit tangis bayi
pembaptis kembalinya malangmu
rupiahkan birahi malam nanti
sendiri, di pinggir peradaban yang tipis nurani
No comments:
Post a Comment