Wednesday, February 4, 2009

Arlen (si bungsu yang berlalu)

Arlen!
masih mengalir air mata keluarga
terngiang lugunya bercak darahmu
mengering di lintasan kereta
tempat mu lepaskankan nyawa
tergilas berton ton karat baja

Secepat kilatkah maut menjemputmu?

Aku tahu yang kau cari di sana
adalah mainan bocah bocah
yang tak punya mainan sepulang sekolah

Kau nikmatikah mainan itu
sebelum nyawamu berlalu?

Bungsu…
sekarang, takkan ada lagi
yang ganggu candamu
bermain, tertawa di kerajaan surga

Maafkan kami yang acuhkanmu
maafkan kami yang tak mampu
hadirkan mainan kehadapanmu
maafkan kami yang merindumu
di tiap tetes air mata doa
yang basahi pusara cenderung layumu

No comments:

Post a Comment