Thursday, November 24, 2011

Mengenangmu

Hati diguncang gempa
lantas tertimbun 

reruntuhan
cintaku sendiri

Sunday, November 20, 2011

Patah

Seribu sudah hari berlalu
parasmu yang bening kaca
jelas di depan mata

Senyummu gentayangan
di hidupku yang mati
ganja, bir, gelisah dan sendiri

Banci caraku lari
modal sepucuk puisi
tanpa pikir dua kali

Wednesday, November 16, 2011

Harga Diri

Bapakku adalah perantau udik
modal nekat dan ijazah sekolah rakyat
garap nasib yang lebih mantap
dari sawah ladang dan kerbau pekat

Tahunan di rantau, kesempatan sepi
padahal sudah jungkir balik dia cari
berteman doa dan sebatang sunyi
yang setia ia bawa sampai detik ini

Memang Tuhan tidaklah tuli
bapakku diberi jalan suatu hari
meski berkerikil dan penuh duri
ia jalani penuh syukur dan puja-puji

Karena bapakku orang udik
aku didoktrin untuk selalu cerdik,
dan menghargai semua isi bumi,
serta jujur, terlebih pada hati sendiri

Meski kadang aku khilaf,
aku belajar bertanggung jawab
atas setiap kata yang ku ucap,
atas ragam tindak yang kubuat

Bapakku! kini ia jadi juragan
tiga unit angkot batuk-batukan
dan hasil sawah ladang
yang selalu enak ku telan