Emak, seharian hatimu berdoa seperti tak kenal lelah
dari mulai beres beres luka yang berserakan dalam rumah,
seduh kopi bapak dengan lagu rohani dan matahari,
jemput sarapan dari penjual lontong pagi di pinggir kali,
kemudian pijat dua sampai tiga keranjang isi pakaian
agar kelak nyaman bertengger dibadan.
Sebelum siang berdiri (di atas kepala)
celoteh bapak dan keringat pengap rokoknya
kau racik jadi cinta untuk lahapan sekeluarga
yang liar menyantapnya seperti kumpulan serigala
tak dapat mangsa tiga bulan lamanya
Menjelang senja, piring-piring kotor bekas lahapan itu
kau sucikan dengan seember air mata
pengkambuh encok, batuk, pusing, meriang
yang kau sembunyikan di balik hangatnya senyuman
Emak, hari sudah gelap, dingin dan tiada berbulan
saatnya Amin kau ucapkan dan selimuti kambuhan itu
dengan doa kami yang tak kan mampu tandingi doamu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
:(( :((
ReplyDeletekangen almarhum mamak..
dalam balut kesabaran..
dalam topeng senyuman..
dan lingkar tawa..
terus saja mejadi lentera hidupku.. hingga kini meski dia tlah menghilang dalam pengapnya tsunami..
Ia pergi ke ranah Ilahi
ReplyDeletedi jemput Tsunami
alirkan air mata di mata hati
wariskan semangat,
sabar, senyum penuh tawa ,
doa dan kasih sayang tiada tara
sebagai lentera
yang nyala di jiwa.
mama, semoga hari ini cepat berganti
ReplyDelete