“Yang kutatap bening matanya, bukan kerling dadanya” jawabku pada kuda besi yang bingung bertanya “tuan, mengapa setelah berbincang dengan bibirnya ada yang mengeras di atas pelanaku, apa saat perbincangan dalam waktu yang terus berlompatan hasrat anda menatap dadanya?”
“Yang kupeluk panas air matanya, bukan panas auratnya” jawabku pada kuda besi yang heran bertanya “tuan, mengapa setelah mengekalkan kenangan ada yang mengeras di atas pelanaku, apa kala berpelukan nafsu anda terbakar oleh auratnya?”
“Sudahlah, tugasmu hanya mengantarku kemana ku suka, bukan bertanya seputar getar jiwa manusia, seharusnya kau sadar diri kau kan besi” ujarku padanya yang melaju di heningnya aspal malam. “ah tuan, saya kan hanya sekedar ingin tahu, mengapa manusia gemar meneguk bergelas gelas birahi?” tanggapnya.
“Mengapa tiba tiba birahi, pikiranmu yang sedari tadi melemparkan perihal seperti itu! untung saja aku tak bermaksud menikmati gravitasi sembari melerai luka lukanya, bisa bisa kau bertanya tuan, kita tidak pulang?” tangkisku.
No comments:
Post a Comment