Tuesday, May 5, 2009

Jangan terlalu mabuk

Kala minum kataku yang manis menghias hatimu
kau tampak lepas sekali, bahkan yang masih lekat
di bibirku pun nakal kau jilat
seperti halnya perawan yang hendak bercinta
terlebih kala kububuhi sedikit asap canda
pada tiap katanya

Entah telah berapa lama kau hanya minum getir
dalam rumah lelaki yang hanya perduli
merangkum kenyal dadamu sembari asah pedangnya
yang mudah karatan di liang puitis bawah pinggangmu

Tapi mbak, maaf! kata kataku yang wangi itu bisa
tak seharusnya murni kau tenggak
campur sedikit dengan realita
sebab malam mungil yang menangis di ranjang sebelah
harus menjadi prioritas utama jiwamu yang luka

3 comments:

  1. wah nez, puisi yang ini telanjang bgt bro, jadi kurang menarik bacanya, dan terkesan masih agak2 jaim milih kata-katanya.
    misalnya "pinggang kebawah", dan ada beberapa analogi yang terasa kurang pas pemakaiannya mis: "jangan murni", "kata Mansionku", hihi agak kurang tapi apa gt, gw baca yang ini.

    ReplyDelete
  2. wah nez, terlalu banyak yang mau loe ceritain di puisi ini jadinya gak fokus, baiknya sih di fokusin aja di satu hal, misalnya soal : curhatnya si cewek aja, atau soal kejadian percintaannya aja, atau kalau memang mau secara keseluruhan, bener2 gambarin situasi waktu itu baru ok menurut gw.

    ReplyDelete
  3. Aku telah menjelajahi kemulusan tubuhMu
    seperti seekor kupu kupu menjalangi
    semua mawar di taman
    di luar kamar, biarlah bulan itu
    sendiri
    dalam kedinginannya.
    perempuan yang merangkulku
    dalam embun pagi hari, janganlah
    engkau tertidur. tak kan ada mimpi
    yang seindah permainan cinta kita ini.
    hunjamkanlah lagi kuku kuku manismu
    ke rambutku yang basah bau tubuh.
    aku telah berdamai dengan bayanganku
    di kemulusan tubuhmu
    seperti kupu kupu yang menemukan
    celah daun di mawar
    di luar kamar. biarlah bulan itu mengutuki
    bayangannya sendiri
    yang pecah bersama embun di
    pagi hari.
    perempuan bermata biru
    sebiru kemulusan ombak laut yang memukul mukul perahu
    lihatlah malam tak berawan di mataku.
    cinta dan bintang bintang telah bersatu
    di dada si pengembara jemu.
    di ujung kuku kukumulah lahir
    semua kata kata sajakku!


    ini contoh puisinya Saut Situmorang, (selain cerita kejadiannya dia perkuat juga dengan situasi yang menggambarkan tempat dan waktu kejadiannya)

    ReplyDelete