Kala minum kataku yang manis menghias hatimu
kau tampak lepas sekali, bahkan yang masih lekat
di bibirku pun nakal kau jilat
seperti halnya perawan yang hendak bercinta
terlebih kala kububuhi sedikit asap canda
pada tiap katanya
Entah telah berapa lama kau hanya minum getir
dalam rumah lelaki yang hanya perduli
merangkum kenyal dadamu sembari asah pedangnya
yang mudah karatan di liang puitis bawah pinggangmu
Tapi mbak, maaf! kata kataku yang wangi itu bisa
tak seharusnya murni kau tenggak
campur sedikit dengan realita
sebab malam mungil yang menangis di ranjang sebelah
harus menjadi prioritas utama jiwamu yang luka
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wah nez, puisi yang ini telanjang bgt bro, jadi kurang menarik bacanya, dan terkesan masih agak2 jaim milih kata-katanya.
ReplyDeletemisalnya "pinggang kebawah", dan ada beberapa analogi yang terasa kurang pas pemakaiannya mis: "jangan murni", "kata Mansionku", hihi agak kurang tapi apa gt, gw baca yang ini.
wah nez, terlalu banyak yang mau loe ceritain di puisi ini jadinya gak fokus, baiknya sih di fokusin aja di satu hal, misalnya soal : curhatnya si cewek aja, atau soal kejadian percintaannya aja, atau kalau memang mau secara keseluruhan, bener2 gambarin situasi waktu itu baru ok menurut gw.
ReplyDeleteAku telah menjelajahi kemulusan tubuhMu
ReplyDeleteseperti seekor kupu kupu menjalangi
semua mawar di taman
di luar kamar, biarlah bulan itu
sendiri
dalam kedinginannya.
perempuan yang merangkulku
dalam embun pagi hari, janganlah
engkau tertidur. tak kan ada mimpi
yang seindah permainan cinta kita ini.
hunjamkanlah lagi kuku kuku manismu
ke rambutku yang basah bau tubuh.
aku telah berdamai dengan bayanganku
di kemulusan tubuhmu
seperti kupu kupu yang menemukan
celah daun di mawar
di luar kamar. biarlah bulan itu mengutuki
bayangannya sendiri
yang pecah bersama embun di
pagi hari.
perempuan bermata biru
sebiru kemulusan ombak laut yang memukul mukul perahu
lihatlah malam tak berawan di mataku.
cinta dan bintang bintang telah bersatu
di dada si pengembara jemu.
di ujung kuku kukumulah lahir
semua kata kata sajakku!
ini contoh puisinya Saut Situmorang, (selain cerita kejadiannya dia perkuat juga dengan situasi yang menggambarkan tempat dan waktu kejadiannya)