Emak yang keren, Bapak yang seksi
aku berencana lepas ikatan kerja
Di sini daya juangku payah sudah
datang dari seberang matahari
hanya untuk tahan damprat
yang pedas serupa bayaranku sebulan
Tak jarang, digigit gigit dari belakang
para penjilat pantat atasan
yang tugas serta tanggung jawabnya sedap
;cating catingan, pasang muka porno,
main fesbuk dan ketawa ketiwi seharian
Bila badai datang aku yang harus hadang
mereka semua lekas buang badan
atau, malah saling cabut pedang
Belum lagi para perempuan
yang mataku bilang
"telah silam norma kesopanan"
membuat iman dalam celana kejang kejang
Emak yang seksi, Bapak yang keren
aku berencana lepas ikatan kerja
semoga alasan di atas
kalian pertimbangkan setengah matang
Thursday, May 28, 2009
Wednesday, May 27, 2009
Panglima Dosa
Aku adalah kuasa
yang membara
serupa cambuk api
atas kematian sendiri
untuk kembali bangkit
sebagai penggawa
angkara neraka
yang membakar surgaloka
serta rajanya
yang membara
serupa cambuk api
atas kematian sendiri
untuk kembali bangkit
sebagai penggawa
angkara neraka
yang membakar surgaloka
serta rajanya
Friday, May 22, 2009
Shape Shifter
Kala senja melahirkan bulan
aku melangkah ke dalam hutan
penuh pepohonan saling belit
reranting mencakar langit
Kabut kemerahan seperti pijar
menyapa perlahan bersama malam
dan nyanyian dingin kumpulan Srigala
yang masuk telinga serupa mantra
"Di sinilah takdirmu bertakhta Tuan
atas kami serdadu bertaring malam,
dan di sinilah darahmu pekat Tuan
pertanda kefanaanmu sirna selamanya"
aku melangkah ke dalam hutan
penuh pepohonan saling belit
reranting mencakar langit
Kabut kemerahan seperti pijar
menyapa perlahan bersama malam
dan nyanyian dingin kumpulan Srigala
yang masuk telinga serupa mantra
"Di sinilah takdirmu bertakhta Tuan
atas kami serdadu bertaring malam,
dan di sinilah darahmu pekat Tuan
pertanda kefanaanmu sirna selamanya"
Wednesday, May 20, 2009
Muak!
Berhenti menatapku
dengan melas itu
karena iba
telah kupaksa harakiri
Berhenti membujukku
karena bagiku segalamu
adalah debu tajam
yang merahkan mata hati
Hentikan, cukup!
binasakan semua dusta
yang mengalir panas
di tubuhmu itu
mereka menjijikkanku
dengan melas itu
karena iba
telah kupaksa harakiri
Berhenti membujukku
karena bagiku segalamu
adalah debu tajam
yang merahkan mata hati
Hentikan, cukup!
binasakan semua dusta
yang mengalir panas
di tubuhmu itu
mereka menjijikkanku
Tuesday, May 19, 2009
Jakarta
Jakarta itu ibarat wajah kumuh
yang terpaksa mempersilahkan
tata letak keindahan kota
bersihkan pemukiman muram
agar tidak mengusik pengelihatan
gedung gedung pencakar nasib
Jakarta itu ibarat oplet tua,
Metromini, Mikrolet, bus kota
meski penumpangnya berantakan
kerap bermanuver tak terduga
di kemacetan jalan raya
Jakarta itu ibarat perempuan anggun
dengan harga diri tolak pinggang
namun, berbau kecut keputusasaan
sebab telah kehilangan masa depan
di ranjang tinggi hatinya sendiri
Jakarta adalah aku yang memar
dihantam risau karena jual keyakinan
pada pengabdian tiada harga
demi bermusuhan dengan sengsara
yang terpaksa mempersilahkan
tata letak keindahan kota
bersihkan pemukiman muram
agar tidak mengusik pengelihatan
gedung gedung pencakar nasib
Jakarta itu ibarat oplet tua,
Metromini, Mikrolet, bus kota
meski penumpangnya berantakan
kerap bermanuver tak terduga
di kemacetan jalan raya
Jakarta itu ibarat perempuan anggun
dengan harga diri tolak pinggang
namun, berbau kecut keputusasaan
sebab telah kehilangan masa depan
di ranjang tinggi hatinya sendiri
Jakarta adalah aku yang memar
dihantam risau karena jual keyakinan
pada pengabdian tiada harga
demi bermusuhan dengan sengsara
Saturday, May 16, 2009
Friday, May 15, 2009
Sudahlah
Segala bunga
yang kutanam
di halaman
hatimu
Pelenyap bau
amis yang keluar
dari luka lukamu
itu
Anggap saja
bukan aku
yang tanam
yang kutanam
di halaman
hatimu
Pelenyap bau
amis yang keluar
dari luka lukamu
itu
Anggap saja
bukan aku
yang tanam
Wednesday, May 13, 2009
Sejarah kelam Indonesia (Dosa Turunan)
Menurut ketetapan sementara mengacu pada Pancasila
kami dan keturunan Gerwani, Serbuni, Gestapu, Tjakrabirawa,
adalah iblis murni yang di tahun keji lubang buaya
berdosa, mengganyang para penyandang bintang negara
Oleh karenanya segala hak kami wajib disiksa,
disita secara paksa juga dikarantina sepanjang masa
Kami yang perempuan harus diperkosa ala barbarian
pada setiap kesempatan seperti di Bawang, Plantungan
Kami yang laki laki harus diperbudak lantas dihabiskan
pada ajang pesta anjing kelaparan seperti di Permisan,
Nusakambangan
Kami yang anak anak harus dipasung
dengan doktrin selamanya sampah, selamanya tiada
sedari lahir sudah seperti di Neraka
Hanya Tuhan yang percaya bahwa tangan kami
tak pernah cungkil mata atau silet kelamin penguasa yang sah
kami dan keturunan Gerwani, Serbuni, Gestapu, Tjakrabirawa,
adalah iblis murni yang di tahun keji lubang buaya
berdosa, mengganyang para penyandang bintang negara
Oleh karenanya segala hak kami wajib disiksa,
disita secara paksa juga dikarantina sepanjang masa
Kami yang perempuan harus diperkosa ala barbarian
pada setiap kesempatan seperti di Bawang, Plantungan
Kami yang laki laki harus diperbudak lantas dihabiskan
pada ajang pesta anjing kelaparan seperti di Permisan,
Nusakambangan
Kami yang anak anak harus dipasung
dengan doktrin selamanya sampah, selamanya tiada
sedari lahir sudah seperti di Neraka
Hanya Tuhan yang percaya bahwa tangan kami
tak pernah cungkil mata atau silet kelamin penguasa yang sah
Monday, May 11, 2009
Aku
Yang pantang berubah
cinta Slayer, Metallica,
semua penggerinda telinga,
mabuk kata kata
dan mendaki wanita
meski telah binasa
cinta Slayer, Metallica,
semua penggerinda telinga,
mabuk kata kata
dan mendaki wanita
meski telah binasa
Kepada Bus Kota
Bus kota yang berserakan
dan berjalan ibarat odong odong
di perkampungan
Sudah begitu lama kita seiring sejalan
entah kapan pertama berkenalan
sampai sampai aku keberatan
tinggalkan kau dalam kenangan
sendiri, tanpa kata hiasan
Sebab sekarang dengan kuda besi
aku satu pikiran di jalan
ahahaha, hajarrr! goyang kiri goyang kanan
melibas marka debu, menyalip waktu
kesampingkan murah, meriah, muntahmu
yang dahulu serupa nafas buatan
bagi nasibku yang sering pingsan
tersengat bau pesing persaingan
dan berjalan ibarat odong odong
di perkampungan
Sudah begitu lama kita seiring sejalan
entah kapan pertama berkenalan
sampai sampai aku keberatan
tinggalkan kau dalam kenangan
sendiri, tanpa kata hiasan
Sebab sekarang dengan kuda besi
aku satu pikiran di jalan
ahahaha, hajarrr! goyang kiri goyang kanan
melibas marka debu, menyalip waktu
kesampingkan murah, meriah, muntahmu
yang dahulu serupa nafas buatan
bagi nasibku yang sering pingsan
tersengat bau pesing persaingan
Friday, May 8, 2009
Luka
Bila Mei datang air mata berlinang
terbayang bayang tubuh kuning langsat
yang menjelma arang
Bila Mei datang haru pun menjelang
terkenang perempuan yang daranya hilang
diperkosa api reformasi Republik binatang
Bila Mei datang, hatiku lengang
di atas makam Mey mey yang malang
calon mempelaiku tersayang
terbayang bayang tubuh kuning langsat
yang menjelma arang
Bila Mei datang haru pun menjelang
terkenang perempuan yang daranya hilang
diperkosa api reformasi Republik binatang
Bila Mei datang, hatiku lengang
di atas makam Mey mey yang malang
calon mempelaiku tersayang
Tuesday, May 5, 2009
Jangan terlalu mabuk
Kala minum kataku yang manis menghias hatimu
kau tampak lepas sekali, bahkan yang masih lekat
di bibirku pun nakal kau jilat
seperti halnya perawan yang hendak bercinta
terlebih kala kububuhi sedikit asap canda
pada tiap katanya
Entah telah berapa lama kau hanya minum getir
dalam rumah lelaki yang hanya perduli
merangkum kenyal dadamu sembari asah pedangnya
yang mudah karatan di liang puitis bawah pinggangmu
Tapi mbak, maaf! kata kataku yang wangi itu bisa
tak seharusnya murni kau tenggak
campur sedikit dengan realita
sebab malam mungil yang menangis di ranjang sebelah
harus menjadi prioritas utama jiwamu yang luka
kau tampak lepas sekali, bahkan yang masih lekat
di bibirku pun nakal kau jilat
seperti halnya perawan yang hendak bercinta
terlebih kala kububuhi sedikit asap canda
pada tiap katanya
Entah telah berapa lama kau hanya minum getir
dalam rumah lelaki yang hanya perduli
merangkum kenyal dadamu sembari asah pedangnya
yang mudah karatan di liang puitis bawah pinggangmu
Tapi mbak, maaf! kata kataku yang wangi itu bisa
tak seharusnya murni kau tenggak
campur sedikit dengan realita
sebab malam mungil yang menangis di ranjang sebelah
harus menjadi prioritas utama jiwamu yang luka
Friday, May 1, 2009
Subscribe to:
Posts (Atom)