Friday, June 19, 2009

Mustahil, bukan berarti nihil

Sangat mustahil temukan waktu emas
untuk kita, saling isi hampa di dada

Pagi, kau sudah jibaku dengan angka
dalam ruangan tertib pengolah data
aku, dikejar waktu yang selalu terburu buru

Siang, kau makan relevansi pembukuan
minum kapasitas produksi
aku, makan puisi berlauk matahari
lalu merokok di sudut lamunan hati

Sore, kau laporkan rugi laba, perubahan modal,
arus keuangan perusahaan
aku, hisap debu knalpot dan klakson jalan raya

Malam, kau susun neraca berdasarkan urutan
aku, entah dimana, terserah kaki saja

Tapi mustahil, bukan berarti nihil

Satu hari senyumku luput dari matamu
isi hati turun lebat dalam telepon genggam

Seperti hujan yang temani saat pertama kita
saling hangatkan malam setelah Gereja

;Demikian pula sebaliknya

No comments:

Post a Comment