Sangat mustahil temukan waktu emas
untuk kita, saling isi hampa di dada
Pagi, kau sudah jibaku dengan angka
dalam ruangan tertib pengolah data
aku, dikejar waktu yang selalu terburu buru
Siang, kau makan relevansi pembukuan
minum kapasitas produksi
aku, makan puisi berlauk matahari
lalu merokok di sudut lamunan hati
Sore, kau laporkan rugi laba, perubahan modal,
arus keuangan perusahaan
aku, hisap debu knalpot dan klakson jalan raya
Malam, kau susun neraca berdasarkan urutan
aku, entah dimana, terserah kaki saja
Tapi mustahil, bukan berarti nihil
Satu hari senyumku luput dari matamu
isi hati turun lebat dalam telepon genggam
Seperti hujan yang temani saat pertama kita
saling hangatkan malam setelah Gereja
;Demikian pula sebaliknya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment