Wednesday, March 18, 2009

Merbabu

Dalam ransel terbungkus bekal dan nyali
yang menggigil sampai ke tulang
terhembus nafas dingin sang rembulan
penoreh selamat datang pada gapura di jalur utara
yang adalah awal mula kaki kaki kami
catat kembali petualangan hati
dengan tiga ransel yang numpang
Dalam bak terbuka aroma sapi
dari wekas hingga pintu hutan
batas peradaban tempat tenaga di simpan

Sebelum cahaya, mimpi kami samar
layaknya kabut pagi yang perlahan lenyap
oleh secangkir ramah para petani
dan kicauan burung burung di atas topografy
hadirkan udara segar ke rencana perjalanan
yang terlipat dalam jemari bersama matahari

lalu kaki mulai jajaki landainya helaan nafas
lereng lereng besar dengan bebatuan pada dasar
di atas dan bawahnya panorama berkehijauan,
bentangan panjang tanah ladang senyuman
(kubis, wortel, tembakau dan bawang)
sepanjang asap yang di lukis rokok
pada embun yang mulai hilang di jemput siang

Nafas mulai tertebas saat masuk hutan pinus
yang barisannya tak lagi rapat
mungkin terbabat gergaji jahat untuk keperluan sesaat

Tangan dan sepatu acap kali jumpa
di jalur jalur serupa kejengahan di dada
namun harus terus naik turun medan,
meski sesekali berhenti
di sela kontur daratan setinggi lemari
'tuk basahi tenggorokkan yang curam
terhisap letih dan asinnya air keringat

Lanjut mendaki, jalur penuh oleh cabang mati
dan semak ilalang berduri
kompas dan nyali bingung seperti ditipu matahari
yang terkadang sembunyi dalam celah rimbun,
terkadang menantang bersama sengatnya yang garang
membuat akal saling tertawa seperti gila
di tambah lagi harus menyaksikan beban
yang dari pagi masih tegak berdiri,
menghimpit semangat di punggung kami

kompaspun di tembakkan dalam hitungan busur pasti
ke pucuk pucuk bukit yang jauh nan sepi
guna mencari langkahan kaki kembali

Akhirnya kami tiba di lapangan luas
bertembok tanah ilalang penuh pipa pipa
dimana senja turunkan jarum jarum hujannya
;tusuk semangat kawan sependakian hingga bimbang
antara lanjut mendaki atau pulang hentikan langkah
yang mulai gemetar tertusuk dinginnya hujan emosi.

Dengan terseok seok dan gemeretak gigi
sebelum gelap, tenda berdiri di jalur bimbang
udara dingin, bekal dan air
dengan terampil di rubah jari jari gigil
menjadi seduhan kata kata hangat di malam hujan
yang mengusir lelah dari peta yang resah
dan menjadi hidangan semangat yang nikmat
senikmat cerita puitis masa masa jaya bertualang

Usai perut terisi segudang kehangatan
terkepullah canda dan tawa berteman lilin remang
di malam sepi bintang, sepi suara binatang
dalam tenda kuyup yang setia melindungi
dan kokoh menghantar pagi ke jendala baru mendaki

Hari kembali berganti tenda tetap berdiri
cakrawala masih biru berselendang pelangi
belum tampak wajah sang mentari
kaki bersiap, mencari setengah semangat
dan secercah kepuasan abadi di puncak tinggi

Berbekal secukupnya, mulailah menyusuri
tanah tanah basah tanpa henti
tinggalkan beban, bekal, luka, dan emosi
dalam tenda yang sembunyi di antara semak berduri

Menanjak terus hingga matahari tinggi
di kanan jurang kiripun demikian
melepas pinus menuju pepohon cantigi yang menari
di iringi sepoi angin dari kawah kawah tua
(kombang, kendang, rebab, condrodimuko, sambernyowo)
sampai menhir watu tulis persimpangan para puncak
yang manjakan mata dengan iringan jalan para awan
di lantai biru yang membentang sejauh pandang

Keringat pun bercucuran kemana mana
pertama kekiri menghampiri prengodalem
;Puncak syarif
yang terkecil, terdekat dan berangin lebat

Kami berlutut, mencium puncak bumi
bersyukur atas perlindungan yang di berikan

Kamera pun berperan, mengambil kami
dan gunung sindoro, sumbing, slamet
yang kokoh menjulang, sombong lagi menantang

Usai mengganti tenaga, keringat kekanan
yang berliku dan berbibir jurang
dengan memanjat akar belukar
sampai pematang rumput jarang yang memanjang
;Puncak Kenteng Songo

Kembali hati bertelut dan rebah cium bumi
kembali bersyukur pada si empunya ajaib dunia

Lalu kami nikmati Puncak Ungaran, Merapi
rokok, minuman dan cokelat roti
di ujung gunung wanita (Merbabu)
puncak menyatunya keletihan, ketakjuban,
kepuasan dan ketenangan yang tak mungkin mati

2 comments:

  1. (doh) panjangnyaaaaaaaa..........??
    tiawww..tiawwww !%*$@&#@$?!?? (pusinggg)

    kwkwkwk.. besok dhe baca lagi kelanjutannya^^

    ReplyDelete
  2. mrs_sun_day@yahoo.co.id <--- ne email dhe ^^

    trims befor

    ReplyDelete