Wednesday, September 16, 2009

Tobat

Tuhanku! aku patah arah
kehabisan darah, kalah
tak seorang sudi
sekedar membenci

Seluruh anugerah yang kau beri
kulalui cuma dengan menghitam hati
meracun diri

Tuhan!
kuseru nama-Mu kembali
sekedar menghela lega
sebelum terbaring abadi

3 comments:

  1. seperti hilang diujung mata,
    menikung di balik punggungan
    terhalang sesemak liar
    hanya mata dan kompas jadi bilah
    hati setenang puncak gunung itu adalah pedoman
    burung-burung berkicau,dan angin di sesulur
    di jalur-jalur sulit jadi penghibur
    mungkinkah tak sampai,
    sedang kabut tak pernah abadi

    ReplyDelete
  2. di hari yang fitri ini pun,
    bersih dan suci seperti terlahir kembali,
    seperti isi ketupat yang putih,
    disaat yang sama aku mengunyah,
    disaat itu pula aku bikin dosa pertama,
    Mengumpat dunia yang menghitam.

    ReplyDelete