Jutaan semut
salib tubuhku
separuh
(Dear Dad, stay in faith)
Wednesday, November 18, 2015
Tuesday, November 10, 2015
Akhir Kisah Sembunyi
Jaga baik-baik rahasia kita
seperti mata yang mulai merah
redam kehilangan agar tidak tumpah,
rindu malam-malam hotel murah
Jaga baik-baik rahasia kita
seperti hati yang mulai besar
tampung pilu agar tidak keluar
dari luka dalam yang masih segar
seperti mata yang mulai merah
redam kehilangan agar tidak tumpah,
rindu malam-malam hotel murah
Jaga baik-baik rahasia kita
seperti hati yang mulai besar
tampung pilu agar tidak keluar
dari luka dalam yang masih segar
Monday, November 9, 2015
Terakhiran
Makan siang kali ini, sepiring malang,
dengan lauk udang saus sedih,
sayur kesepian dan kerang kenangan
yang kau sajikan dengan kasih sayang
Porsi kecil-kecil yang kau sendok
lantas lembut kau suapkan
begitu pedas, pahit, dan dingin rasanya
tapi pelan-pelan terpaksa ku telan
sambil sesekali lempar senyuman
dari dada yang makin gemetaran
ahh, susah sangat hati mencerna
padahal telah berulang kali dikunyah
Usai makan siang kali ini
pelukan bibir sambil tahan air mata
yang mendidih sejak suapan pertama
adalah sajian penutupnya
dengan lauk udang saus sedih,
sayur kesepian dan kerang kenangan
yang kau sajikan dengan kasih sayang
Porsi kecil-kecil yang kau sendok
lantas lembut kau suapkan
begitu pedas, pahit, dan dingin rasanya
tapi pelan-pelan terpaksa ku telan
sambil sesekali lempar senyuman
dari dada yang makin gemetaran
ahh, susah sangat hati mencerna
padahal telah berulang kali dikunyah
Usai makan siang kali ini
pelukan bibir sambil tahan air mata
yang mendidih sejak suapan pertama
adalah sajian penutupnya
Wednesday, November 4, 2015
Lupa luka
Aku tidak tahu
lama waktu yang dibutuh
agar hati lekas sembuh
tiada lagi kau untuk disentuh
Mungkin lebih banyak
dari malam-malam
yang telah terbuang
menghitung bintang-bintang
Namun puisi singkat
yang darimu ku dapat
tentang keresahan,
tentang kesendirian
(hai, apa kabar?)
Secepat kilat ku balas
dengan rindu rasa,
tentang rindu rupa
(hai juga, saya baik,
kamu apa kabar?)
Canda tawapun pecah
nostalgia berserakan,
jumlah bintang-bintang
luput ku tuntaskan
lama waktu yang dibutuh
agar hati lekas sembuh
tiada lagi kau untuk disentuh
Mungkin lebih banyak
dari malam-malam
yang telah terbuang
menghitung bintang-bintang
Namun puisi singkat
yang darimu ku dapat
tentang keresahan,
tentang kesendirian
(hai, apa kabar?)
Secepat kilat ku balas
dengan rindu rasa,
tentang rindu rupa
(hai juga, saya baik,
kamu apa kabar?)
Canda tawapun pecah
nostalgia berserakan,
jumlah bintang-bintang
luput ku tuntaskan
Subscribe to:
Posts (Atom)