Bapak, kulitmu
retakan tanah
di kemarau panjang
yang menangis
tunggu hujan datang
Sisa sebatang kara
batuk-batuk,
menghadapi susah
yang menurutmu
adalah anugerah
Bapak, rambutmu
mirip hutan sepi
berselimut kabut pagi
dan senyummu, miris
sulit dinikmati
seperti doa dan harapan
yang kau bisikkan
lewat perbuatan
yang masih coba
kuwujudkan
Walau kian pudar
dan nyaris terlupakan
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment