Wednesday, September 30, 2009

Kepada Herman Kemala

KASIH itu, air mata ibuku
yang kemudian tulus berdoa
bagi dua perenggut paksa
barang barang bawaannya

Sementara ayunan tangan
yang kau terapkan
atas nama kemuliaan itu
hampa damai sejahtera

Kebiasaan

Dinas hari pertama
usai libur hari raya
sejumlah pegawai negara
pasti entah dimana

Wednesday, September 23, 2009

Beda keyakinan

Kau adalah luka termanisku
sayang!

Wednesday, September 16, 2009

Tobat

Tuhanku! aku patah arah
kehabisan darah, kalah
tak seorang sudi
sekedar membenci

Seluruh anugerah yang kau beri
kulalui cuma dengan menghitam hati
meracun diri

Tuhan!
kuseru nama-Mu kembali
sekedar menghela lega
sebelum terbaring abadi

Monday, September 14, 2009

Sebelum fajar

Jangan biarkan pagi bawa dia pergi!

Bisik mimpimu yang sayup kudengar
sebelum burung burung mulai bernyanyi
isyarat bahwa surya segera bersinar

Lalu isakmu pada matahari
seperti telah menunggu seumur nyawa

Akhirnya kutemukan yang tetap tinggal
tapi olehku jantungnya kerap reras, terpenggal
kembalilah! agar harapan tak lagi tanggal

Saturday, September 12, 2009

Mengenang perasaan

Di sebuah malam
bening matamu
rayu debar jantung
curi rindu
di merah bibirmu

Entah kenapa kala itu!

yang pasti bukan jenuh
hanya sebagai telinga
bagi gusar hatimu

Wednesday, September 9, 2009

Pertanyaan

Juragan KPU, sebelas miliar itu
untuk lantik mimpi mimpi mereka
yang waktu kampanye lalu
seolah mewakili kami ya?

Sunday, September 6, 2009

Ratapan

Ya Tuhan! hambaMu lemah
mengerti tidaklah kuasa
terlebih sebatang kara
harus percaya
bapak, sanak dan ibu
diratakan gempa dengan tanah
sampai jasad tiada terjumpa

Tolong Tuhan, bawa hamba
bertemu mereka


Thursday, September 3, 2009

Pulanglah, kau punya rumah!

Wanita asyik sudah berpemilik
mengapa puruk tak berdaya
dan di bahuku meneteskan gelisah

Sabar! sadar! dengar!

Apalah nanti Tuhan bilang
bila bulan terang kau masih di sisiku remang
keluhkan resah layaknya sepasang

Sementara dua cintamu di rumah
seperti langit pagi rindu matahari

Bangunlah! sebab suatu ikatan
bukan sekedar hisap rokok usai sebadan
mari! kuantar kau mengalah

Wednesday, September 2, 2009

Kepada tetangga

Kami pernah terjang eropa, jepang
yang curi tanah air nenek moyang

Dengan jijik meludahi
negosiasi berkedok perbudakkan

Lantas garangkan bambu runcing
ke leher mereka sebagai deklarasi berang

Kami pun pernah tentang pembuatanmu
yang beri celah pada imperialis
perluas penindasan di muka asia

dan lantang najiskan kursi
di induk politik dunia
yang daulatkanmu sebagai negara

;Berhentilah pancing garang dengan mencuri
luka oleh bambu runcing kami abadi